MOTTO

BERLENGGANGLAH WALAU TANPA TANGAN, TANPA KAKI SEKALIPUN.......... COBALAH BERJALAN

Selasa, 16 Oktober 2012

BIMA DAN PERADABAN BARU



Akhir-akhir ini banyak pihak yang mendiskreditkan masyarakat Bima dengan munculnya berbagai tindakan DEMO, ANARKIS, PERKELAHIAN antar
KAMPUNG dll, sehingga semua pihak memvonis bahwa masyarakat Bima adalah masyarakat yang udik, bodoh dan terbelakang.

Era 1970 – 1980 boleh dikata masyarakat Bima masih sangat terbelakang dalam segala hal, apalagi pada era sebelumnya. Hal ini dikarenakan Bima belum tersentuh oleh perkembangan IPTEK.

Era 1980 – SEKARANG, Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan IPTEK yang telah merambah sampai kepelosok-pelosek desa terpencil, masyarakat Bima tidak bisa dianggap TERBELAKANG, BODOH,  UDIK dan kita tidak boleh lagi memvonisnya dengan predikat serba keterbatasan wawasan. Inilah persoalan PELIK yang mengharuskan kita semua ikut berpartisipasi memberikan solusi agar masyarakat Bima bisa hidup aman, damai serta tentram.

Kita sebagai masyarakat Bima merasa bangga jika mendengar orang lain menyebut Masyarakat Bima sangat fanatik pada Ajaran Agama Islam, namun Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan IPTEK, dikalangan masyarakat Bima telah terjadi “PERGESERAN NILAI” atau “KRISIS MORAL”, kini peradaban telah berubah kearah Peradaban baru yang kami sebut peradaban “RASIONALISTIK” yang hanya menggunakan akal semata sebagai landasan hidup. Peradaban ini cenderung menghalalkan segala cara sehingga banyak kita jumpai kejadian – kejadian diluar batas norma agama islam sebagai peradaban lama masyarakat Bima. Peradaban baru ini merebak kedalam sendi – sendi Peradaban lama yang berpengaruh secara umum dan kini secara total merasuk kesanubari kelompok yang menamakan dirinya kalangan ELIT.

Persoalan yang lebih parah lagi adalah Para Pemimpin daerah yang tidak lagi berpihak pada rakyat, mereka terbuai dan  hanya menari - nari dengan kemewahan fasilitas yang dibeli dengan uang Negara. Mereka lupa bahwa mereka dipilih untuk memangku jabatan dan diberi fasilitas yang mewah itu adalah hanya untuk mengurus dan memakmurkan rakyatnya.

Penegakan hukumpun tidak lagi menerapkan azas kebenaran dan keadilan dalam menyelesaikan persoalan sehingga masyarakat tidak mendapatkan kepastian hukum.

Tokoh Agama Islam dan Ulama agama Islam tidak lagi Tegas menyampaikan kebenaran adalah hal yang hakiki untuk diperjuangkan dimuka bumi ini, mereka kebanyakan mendukung pemimpin - pemimpin yang zalim untuk mendapatkan posisi dan jabatan tertentu, merekapun berbaur dalam alam kezaliman sehingga kepentingan ummatpun terabaikan.

Para Pendidik dan gurupun tidak lagi menganut prinsip keikhlasan dalam menjalankan tugasnya. Mereka hanya menghitung jumlah siswa yang datang Les Privat dan menari – nari diatas  kelebihan jam mengajar, sertivikasi, honor,honor dan honor.

Wakil rakyat bisanya hanya duduk manis sembari memikirkan akan mengemis keinstitusi mana lagi untuk merebut lahan proyek yang sebenarnya diperuntukkan bagi masyarakat namun pada kenyataannya dirampas untuk memenuhi kebutuhan ekstra mereka, mereka terlalu percaya diri, mengaku diri cerdas sehingga merekapun berkolaborasi dengan kelompok cerdas lainnya untuk saling mengisi kantong mereka sendiri dan tidak lagi menjadi wakil rakyat yang amanah sebagaimana hakekatnya keberadaan mereka di kursi empuk Legislatif. 

Hal – hal tersebut diatas menimbulkan krisis kepercayaan dari masyarakat yang mengakibatkan terjadinya kecemburuan sosial. Masyarakat kehilangan arah, tidak ada lagi tokoh panutan bagi masyarakat.

Lantas pihak mana yang ingin disalahkan ?????

Kondisi seperti ini perlu mendapatkan perhatian dari semua kalangan yang masih memegang teguh peradaban lama agar memberikan solusi yang terbaik dalam membangun keharmonisan dan mengembalikan peradaban lama untuk dianut oleh masyarakat Bima tanpa kecuali dan yang terutama kepada para pemimpinnya yang sekarang sedang terlena.

Tulisan ini sebenarnya hanya analisa pribadi dengan mengamati kebiasaan dan perilaku terkini masyarakat Bima secara umum yang mungkin saja dapat dijadikan sebagai bahan diskusi bagi warga Negara Indonesia kelahiran Bima yang kini berdomisili diluar Bima.

Hal ini kami uraikan agar kita tidak saling menuding dan memvonis kesalahan pada orang lain.

Melalui tulisan ini saya mengajak kita semua agar selalu saling memberi manfaat ketimbang kita saling memanfaatkan.



Penulis,

M.HADDI ISHAKA

Komponen Muda Bima

Tidak ada komentar:

Posting Komentar