Akhir-akhir ini banyak pihak yang
mendiskreditkan masyarakat Bima dengan munculnya berbagai tindakan DEMO,
ANARKIS, PERKELAHIAN antar
KAMPUNG dll, sehingga semua pihak memvonis bahwa masyarakat Bima adalah masyarakat yang udik, bodoh dan terbelakang.
KAMPUNG dll, sehingga semua pihak memvonis bahwa masyarakat Bima adalah masyarakat yang udik, bodoh dan terbelakang.
Era 1970 – 1980 boleh dikata
masyarakat Bima masih sangat terbelakang dalam segala hal, apalagi pada era
sebelumnya. Hal ini dikarenakan Bima belum tersentuh oleh perkembangan IPTEK.
Era 1980 – SEKARANG, Seiring
dengan perubahan zaman dan perkembangan IPTEK yang telah merambah sampai
kepelosok-pelosek desa terpencil, masyarakat Bima tidak bisa dianggap
TERBELAKANG, BODOH,
UDIK dan kita tidak boleh lagi memvonisnya dengan predikat serba
keterbatasan wawasan. Inilah persoalan PELIK yang mengharuskan kita semua
ikut berpartisipasi memberikan solusi agar masyarakat Bima bisa hidup aman,
damai serta tentram.
Kita sebagai masyarakat Bima merasa
bangga jika mendengar orang lain menyebut Masyarakat Bima sangat fanatik pada
Ajaran Agama Islam, namun Seiring dengan perubahan zaman dan perkembangan
IPTEK, dikalangan masyarakat Bima telah terjadi “PERGESERAN NILAI” atau “KRISIS
MORAL”, kini peradaban telah berubah kearah Peradaban baru yang kami sebut
peradaban “RASIONALISTIK” yang hanya menggunakan akal semata sebagai landasan
hidup. Peradaban ini cenderung menghalalkan segala cara sehingga banyak kita
jumpai kejadian – kejadian diluar batas norma agama islam sebagai peradaban
lama masyarakat Bima. Peradaban baru ini merebak kedalam sendi – sendi Peradaban
lama yang berpengaruh secara umum dan kini secara total merasuk kesanubari
kelompok yang menamakan dirinya kalangan ELIT.
Persoalan yang lebih parah lagi
adalah Para Pemimpin daerah yang tidak lagi berpihak pada rakyat, mereka terbuai
dan hanya menari - nari dengan kemewahan
fasilitas yang dibeli dengan uang Negara. Mereka lupa bahwa mereka dipilih untuk
memangku jabatan dan diberi fasilitas yang mewah itu adalah hanya untuk mengurus
dan memakmurkan rakyatnya.
Penegakan hukumpun tidak lagi
menerapkan azas kebenaran dan keadilan dalam menyelesaikan persoalan sehingga
masyarakat tidak mendapatkan kepastian hukum.
Tokoh Agama Islam dan Ulama agama
Islam tidak lagi Tegas menyampaikan kebenaran adalah hal yang hakiki untuk
diperjuangkan dimuka bumi ini, mereka kebanyakan mendukung pemimpin - pemimpin
yang zalim untuk mendapatkan posisi dan jabatan tertentu, merekapun berbaur
dalam alam kezaliman sehingga kepentingan ummatpun terabaikan.
Para Pendidik dan gurupun tidak
lagi menganut prinsip keikhlasan dalam menjalankan tugasnya. Mereka hanya menghitung
jumlah siswa yang datang Les Privat dan menari – nari diatas kelebihan jam mengajar, sertivikasi,
honor,honor dan honor.
Wakil rakyat bisanya hanya duduk
manis sembari memikirkan akan mengemis keinstitusi mana lagi untuk merebut
lahan proyek yang sebenarnya diperuntukkan bagi masyarakat namun pada
kenyataannya dirampas untuk memenuhi kebutuhan ekstra mereka, mereka terlalu
percaya diri, mengaku diri cerdas sehingga merekapun berkolaborasi dengan
kelompok cerdas lainnya untuk saling mengisi kantong mereka sendiri dan tidak
lagi menjadi wakil rakyat yang amanah sebagaimana hakekatnya keberadaan mereka
di kursi empuk Legislatif.
Hal – hal tersebut diatas
menimbulkan krisis kepercayaan dari masyarakat yang mengakibatkan terjadinya
kecemburuan sosial. Masyarakat kehilangan arah, tidak ada lagi tokoh panutan
bagi masyarakat.
Lantas pihak mana yang ingin disalahkan ?????
Kondisi seperti ini perlu
mendapatkan perhatian dari semua kalangan yang masih memegang teguh peradaban
lama agar memberikan solusi yang terbaik dalam membangun keharmonisan dan
mengembalikan peradaban lama untuk dianut oleh masyarakat Bima tanpa kecuali
dan yang terutama kepada para pemimpinnya yang sekarang sedang terlena.
Tulisan ini sebenarnya hanya
analisa pribadi dengan mengamati kebiasaan dan perilaku terkini masyarakat Bima
secara umum yang mungkin saja dapat dijadikan sebagai bahan diskusi bagi warga Negara
Indonesia kelahiran Bima yang kini berdomisili diluar Bima.
Hal ini kami uraikan agar kita tidak
saling menuding dan memvonis kesalahan pada orang lain.
Melalui tulisan ini saya mengajak
kita semua agar selalu saling memberi manfaat ketimbang kita saling
memanfaatkan.
Penulis,
M.HADDI ISHAKA
Komponen Muda Bima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar